Menteri Kesehatan RI, Ir. Budi Gunadi Sadikin; "Perlu saya kasih tau ya, pandemi menjadi endemi itu virusnya nggak hilang, masih ada. Nanti baru dieleminasi. Tapi endemi dan pandemi sama-sama virusnya ada, menular ya menular. Cuma bedanya apa? Masyarakatnya lebih siap".
(Ket. Gambar) : Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU.
Jakarta - Nusantarapos.id: Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan untuk mengubah status pandemi ke endemi butuh banyak pertimbangan. Salah satunya adalah kesiapan masyarakatnya sendiri.
"Perlu saya kasih tau ya, pandemi menjadi endemi itu virusnya nggak hilang, masih ada. Nanti baru dieleminasi. Tapi endemi dan pandemi sama-sama virusnya ada, menular ya menular. Cuma bedanya apa? Masyarakatnya lebih siap," terang Budi di Kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Jumat (18/3/2022).
Dia menjelaskan, artian masyarakat lebih siap adalah mereka sudah mengetahui solusi untuk mengatasi virus COVID. Misalnya, jika mengalami gejala COVID mereka berinisiatif melakukan swabtest antigen/PCR secara mandiri.
"Kesadaran masyarakat terhadap Prokes yang cocok untuk suatu pandemi menurut saya itu teramati setiap transisi dari pandemi ke endemi itu terjadi," jelas Budi.
"Kalau merasa sudah nggak enak badan atau mau tes PCR atau antigen nah itu ciri-ciri budaya masyarakat sudah paham Prokes dengan baik. Nah itu ciri-ciri endemi. Terima kasih," sambungnya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan mengubah status pandemi ke endemi butuh banyak pertimbangan. Budi mengatakan endemi dan pandemi hanya berbeda nama.
"Pandemi menjadi endemi banyak faktor pertimbangan. Kalau kita lihat sejarah pandemi di dunia, tidak hanya ditinjau faktor kesehatan saja," kata Budi usai mengisi Seminar bertajuk 'Recover Together, Recover Stronger: G20 dan Agenda Strategis Indonesia' di Balai Senat UGM, Sleman, DIY, seperti dilansir detikJateng, pada Kamis (17/3/2022).
Selanjutnya, jelas Budi lagi, tingkat penularan kasus Corona di Indonesia harus di bawah 1 dalam standar WHO selama 3-6 bulan. Kemudian vaksinasi sudah harus dua dosis dengan cakupan minimal 70 persen dari populasi. (NSP.Red/PR/Dtk).
0 Komentar